Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 adalah salah satu peristiwa vulkanik terbesar dalam sejarah manusia. Dampaknya tidak hanya terasa di Indonesia, khususnya Pulau Sumbawa yang menjadi lokasi gunung tersebut, tetapi juga menyentuh berbagai belahan dunia, termasuk Eropa dan Amerika. Letusan ini bukan hanya menimbulkan bencana besar bagi masyarakat lokal, tetapi juga mengubah iklim global secara drastis selama beberapa tahun setelahnya. Bahkan, kejadian ini dikaitkan dengan berbagai peristiwa penting dalam sejarah dunia, termasuk kekalahan Napoleon Bonaparte dalam Pertempuran Waterloo serta kelahiran sepeda sebagai alat transportasi.
Letusan Dahsyat dan Dampak Iklim Global
Gunung Tambora meletus pada 10 April 1815 dengan skala Volcanic Explosivity Index (VEI) mencapai level 7—skala tertinggi kedua dalam skala VEI yang berada di rentang 1 hingga 8. Letusan ini melontarkan sekitar 140 miliar ton magma ke atmosfer, disertai awan panas yang membunuh lebih dari 71.000 jiwa secara langsung maupun tidak langsung. Selain korban jiwa, letusan ini memicu anomali iklim global yang dikenal sebagai “Tahun Tanpa Musim Panas” pada tahun 1816.
Abu vulkanik yang disemburkan Tambora mencapai ketinggian hingga 100 kilometer di atas permukaan tanah, memengaruhi lapisan stratosfer dan ionosfer. Penelitian oleh Dr. Matthew Genge dari Imperial College London menunjukkan bahwa partikel abu vulkanik yang sangat halus (<0,2 mikrometer) dapat terangkat ke atmosfer bagian atas karena muatan elektrostatik negatif. Fenomena ini mirip seperti dua magnet yang saling tolak-menolak, sehingga abu bisa mencapai ketinggian yang jauh lebih tinggi daripada hanya dengan daya apung biasa.
Akibat penyebaran abu vulkanik yang luas, suhu rata-rata bumi turun antara 0,4 hingga 0,7 derajat Celsius. Di Amerika Serikat dan Eropa, musim panas lenyap tak berbekas. Salju turun di bulan Juni di Albany, New York, sementara sungai-sungai mulai membeku di bulan Juli di Pennsylvania. Kegagalan panen terjadi di mana-mana, menyebabkan kelaparan massal dan kematian puluhan ribu orang di seluruh dunia.
Kekalahan Napoleon dan Perubahan Sejarah
Dalam konteks sejarah militer, kondisi cuaca ekstrem pasca-letusan Gunung Tambora ternyata turut memengaruhi jalannya Pertempuran Waterloo pada 18 Juni 1815. Medan perang di Belgia dilanda hujan lebat, membuat tanah berlumpur dan sulit dilewati pasukan berkuda Prancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte. Pasukan Sekutu, yang dipimpin oleh Duke of Wellington, memanfaatkan medan basah untuk melakukan manuver rahasia yang akhirnya memastikan kekalahan Napoleon.
Para sejarawan dan ilmuwan percaya bahwa hujan deras yang terjadi sebelum pertempuran adalah efek jangka pendek dari letusan Tambora. Abu vulkanik di atmosfer memengaruhi pola cuaca global, menjadikan Waterloo sebagai contoh nyata interaksi antara fenomena alam dan sejarah manusia. Seperti yang ditulis Victor Hugo dalam novel Les Misérables, langit gelap di Waterloo cukup untuk meruntuhkan tatanan dunia saat itu.
Kelahiran Sepeda: Inovasi Tak Terduga
Salah satu dampak paling mengejutkan dari letusan Tambora adalah lahirnya inovasi teknologi baru di Eropa: sepeda. Karena banyak tanaman gagal tumbuh dan hewan ternak mati kelaparan, termasuk kuda, masyarakat mulai mencari alternatif sarana transportasi. Pada tahun 1817, Karl von Drais, seorang insinyur Jerman, menciptakan kendaraan roda dua yang diberi nama Draisienne atau hobby horse. Kendaraan ini belum memiliki pedal; pengguna menggerakkannya dengan menapakkan kaki ke depan.
Meskipun awalnya populer selama beberapa tahun, sepeda jenis ini sempat dilarang di beberapa wilayah karena dianggap membahayakan pejalan kaki. Namun, ide dasar tentang kendaraan roda dua terus berkembang. Pada tahun 1860-an, sepeda mulai menggunakan roda baja dan kerangka kayu. Pedal pertama kali diperkenalkan oleh Pierre Lallement, seorang pembuat kereta dari Prancis, pada tahun 1866, meskipun klaim penciptaan pedal ini juga diajukan oleh Karl Kech dari Jerman pada tahun 1862.
Perkembangan sepeda terus berlanjut hingga menjadi alat transportasi modern yang kita kenal hari ini. Dengan demikian, meskipun letusan Gunung Tambora menyebabkan bencana besar, ia juga menjadi inspirasi bagi salah satu penemuan yang mengubah cara manusia berpindah tempat.
Warisan Sejarah yang Abadi
Riwayat letusan Gunung Tambora 1815 memberikan pelajaran mendalam tentang hubungan kompleks antara geologi, iklim, dan sejarah manusia. Dari bencana kelaparan hingga perubahan politik di Eropa, bahkan sampai lahirnya alat transportasi yang masih digunakan hingga kini, dampaknya begitu luas dan berkelanjutan. Letusan ini bukan hanya cerita tentang kehancuran, tetapi juga tentang inovasi, adaptasi, dan ketahanan manusia menghadapi tantangan alam.
